JAKARTA - Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif meminta pemerintah untuk mencari solusi tepat dalam penyelesaian kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) masa lalu.
Maarif mengungkapkan dirinya pernah ditemui oleh sejumlah korban peristiwa 1965. "Saya tidak tahu mengapa mereka datang, mungkin karena saya sudah tua dan tidak punya kepentingan politik macam-macam," ujar Maarif dalam simposium nasional bertema Membedah Tragedi 1965, di Hotel Aryaduta, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (18/4/2016).
Dia berharap melalui simposium, negara hadir dan mencari jalan penyelesaian kasus HAM tersebut. Jika negara diam maka beban sejarah akan selalu menghantui. "Saya sudah hampir 82 tahun dan saya ingin bangsa ini berterus terang," ungkapnya.
Dia menilai, penuntasan tragedi 65 terbilang lambat. Seharusnya hal itu sudah dilakukan semasa Presiden Soeharto dan Jenderal Nasution masih hidup.
Kendati demikian, kata dia, pemerintah saat ini belum terlambat untuk menyelesaikan. "Kalau kita agak menekan subjektivitas atau kepentingan kelompok kita dengan mengedepankan bangsa, rakyat," tuturnya.
Maarif mengungkapkan dirinya pernah ditemui oleh sejumlah korban peristiwa 1965. "Saya tidak tahu mengapa mereka datang, mungkin karena saya sudah tua dan tidak punya kepentingan politik macam-macam," ujar Maarif dalam simposium nasional bertema Membedah Tragedi 1965, di Hotel Aryaduta, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (18/4/2016).
Dia berharap melalui simposium, negara hadir dan mencari jalan penyelesaian kasus HAM tersebut. Jika negara diam maka beban sejarah akan selalu menghantui. "Saya sudah hampir 82 tahun dan saya ingin bangsa ini berterus terang," ungkapnya.
Dia menilai, penuntasan tragedi 65 terbilang lambat. Seharusnya hal itu sudah dilakukan semasa Presiden Soeharto dan Jenderal Nasution masih hidup.
Kendati demikian, kata dia, pemerintah saat ini belum terlambat untuk menyelesaikan. "Kalau kita agak menekan subjektivitas atau kepentingan kelompok kita dengan mengedepankan bangsa, rakyat," tuturnya.
(dam) sumber : sindonews.com
dibaca 3
EmoticonEmoticon