Hubungan bilateral Turki-Israel merenggang lima tahun terakhir akibat insiden penyerangan kapal bantuan MV Marmara di Laut Mediterania. Merasa sudah cukup lama bermusuhan, perwakilan kedua negara membicarakan prospek pemulihan status diplomatik.
Pejabat tinggi Turki yang enggan disebut namanya membenarkan pertemuan dengan utusan Israel sudah dilakukan. "Kesepakatan untuk berdamai telah tercapai," ujarnya, seperti dilansir Kantor Berita TRT, Jumat (18/12).
Sedangkan kantor berita AFP dan Reuters mendapat informasi bahwa pertemuan diplomat Turki dan Israel berlangsung di Kota Zurich, Swiss, awal pekan ini. Salah satu kesepakatan konkret dua negara itu misalnya pembayaran ganti rugi USD 20 juta dari pemerintah Zionis kepada keluarga mendiang aktivis Turki yang ditembak mati di atas kapal Mavi Marmara.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Emmanuel Nahshon, menolak membicarakan benar tidaknya ada kesepakatan dengan Turki. Tapi dia mengakui, dilakukan penjajakan untuk memberi ganti rugi pada keluarga korban Mavi Marmara. "Jumlah ganti ruginya belum ditentukan," ujarnya.
Selain itu, supaya hubungan diplomatik kembali normal, Turki diminta tidak meneruskan gugatan hukum kepada pemerintah Israel atas insiden penyerangan kapal itu. Adapun perjanjian normalisasi hubungan ini diyakini akan merugikan Otoritas Palestina di Jalur Gaza.
"Turki juga diminta perunding Israel membatasi ruang gerak Hamas mencari dana di Istambul dan Ankara," kata sumber lain di Tel Aviv yang tidak bersedia diungkap identitasnya.
Sekadar informasi, Turki adalah salah satu negara mayoritas muslim yang sejak tiga dekade lalu sudah memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Ankara maupun Tel Aviv sebetulnya cukup akrab, masing-masing juga mengirim duta besar. Turki-Israel sempat berencana membangun jaringan pipa gas bersama, tapi kemudian batal karena insiden pada 2010 lalu.
Sekadar mengingatkan, serangan Israel ke Kapal Mavi Marmara menewaskan delapan relawan Turki, satu relawan AS, serta melukai 60 pegiat lainnya. Kapal berbendara Inggris itu adalah bagian dari gabungan kapal yang dikirim aktivis 32 negara untuk membantu rakyat Gaza. Di dalam kapal ada obat-obatan, bahan makanan, dan banyak lagi sembako. Namun, di tengah perjalanan, kapal militer Israel memaksa Mavi Marmara berputar haluan ke pelabuhan Kota Ashdod.
Karena para aktivis menolak putar haluan, pasukan Israel menyerbu ke atas kapal menembak para pegiat. Sebagian aktivis melawan dengan pisau, melukai 10 tentara Zionis. Insiden Mavi Marmara ini memicu kutukan dunia internasional. Selain itu, serangan tersebut memicu perselisihan diplomatik Israel dan Turki. Presiden Reccep Tayyip Erdogan sampai sekarang masih menuntut pemimpin Negeri Zionis meminta maaf secara terbuka atas kejadian itu.
[ard]
EmoticonEmoticon