loading...
loading...
Showing posts with label Kajian. Show all posts
Showing posts with label Kajian. Show all posts
Nafsu Ingin Menjadi Pemimpin

Nafsu Ingin Menjadi Pemimpin

5:53 PM Add Comment


Perbedaan zaman Salafus-sholeh yang paling kentara dengan zaman sekarang, salah satunya dalam ambisi kepemimpinan. Dulu, khususnya zaman sahabat, mereka saling bertolak-tolakan untuk menjadi pemimpin.
Abu Bakar Shiddiq diriwayatkan, sebelum diminta menjadi Khalifah menggantikan Rasulullah mengusulkan agar Umar yang menjadi Khalifah. Alasan beliau karena Umar adalah seorang yang kuat.
Tetapi Umar menolak, dengan mengatakan, kekuatanku akan berfungsi dengan keutamaan yang ada padamu. Lalu Umar membai’ah Abu Bakar dan diikuti oleh sahabat-sahabat lain dari Muhajirin dan Anshor.
Dari dialog ini dapat kita pahami bahwa generasi awal Islam, yang terbaik itu, memandang jabatan seperti momok yang menakutkan. Mereka berusaha untuk menghindarinya selama masih mungkin. Tapi di zaman ini, keadaannya sudah berubah jauh.
Orang saling berlomba untuk menjadi pemimpin. Jabatan sudah menjadi tujuan hidup orang banyak. Semua tokoh yang sedang bertarung mengatakan, jika diminta oleh rakyat, saya siap maju. Inilah basa basi mereka. Entah rakyat mana yang meminta dia maju jadi pemimpin. Sebuah kedustaan yang dipakai untuk menutupi ambisi menjadi pemimpin.
Keberatan para Sahabat dulu untuk menjadi pemimpin, dikarenakan mereka mengetahui konsekuensi dan resiko menjadi pemimpin. Mereka mendengar hadits-hadits Nabi Saw tentang tanggung jawab pemimpin di dunia dan di akhirat. "Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya. Imam (kepala negara) adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawabannya atas kepemimpinannya…".
Dalam hadits yang lain Nabi Muhammad Saw memprediksi hiruk pikuk di akhir zaman soal kekuasaan dan menjelaskan hakikat dari kekuasaan itu. Beliau bersabda seperti dilaporkan oleh Abu Hurairah :
“Kalian akan berebut untuk mendapatkan kekuasaan. Padahal kekuasaan itu adalah penyesalan di hari Kiamat, nikmat di awal dan pahit di ujung. (Riwayat Imam Bukhori).
Juga Rasulullah Saw memperingatkan mereka yang sedang berkuasa yang lari dari tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelayan rakyat dan tidak bekerja untuk kepentingan rakyatnya, dengan sabda beliau : “Siapa yang diberikan Allah kekuasaan mengurus urusan kaum Muslimin, kemudian ia tidak melayani mereka dan keperluan mereka, maka Allah tidak akan memenuhi kebutuhannya.” (Riwayat Abu Daud).
Dan dalam riwayat at-Tirmizi disebutkan : “Tidak ada seorang pemimpin yang menutup pintunya dari orang-orang yang memerlukannya dan orang fakir miskin, melainkan Allah juga akan menutup pintu langit dari kebutuhannya dan kemiskinannya.”
Hadits-hadits yang ada lebih banyak menggambarkan pahitnya menjadi pemimpin ketimbang manisnya. Sedang mereka adalah generasi yang lebih mengutamakan kesenangan ukhrowi daripada kenikmatan duniawi. Itulah yang dapat ditangkap dari keberatan mereka.
Sementara orang yang hidup di zaman ini berfikir terbalik. Yang mereka kejar adalah kesenangan duniawi yang didapat melalui jabatan dan kekuasaan. Mereka lupa dengan pertanggung jawaban di hari Kiamat itu. Mereka tidak segan-segan bermanuver dan merekayasa untuk mendapatkan jabatan dan kekuasaan itu.
Kadangkala cara yang dipakai sudah hampir sama dengan cara kaum kuffar atau kaum sekuler, menghancurkan nilai-nilai akhlak Islam yang sangat fundamental; mencari dan mengumpulkan kelemahan lawan politik dan pada waktunya aib-aib itu dibeberkan untuk mengganjal jalan kompetitornya.
Ada pula yang mengumpulkan dana dengan cara-cara yang tak pantas dan tak bermoral. Mendukung calon kepala daerah dalam pilkada dari partai mana saja, asal dengan imbalan materi dengan menyerahkan uang yang besar. Terserah orang itu menang atau kalah nanti, tak begitu penting, yang penting uangnya sudah didapat.
Para pemburu kekuasaan itu beralasan, jika kepemimpinan itu tidak direbut, maka ia akan dipegang oleh orang-orang Fasik dan tangan tak Amanah, yang akan menyebarkan kemungkaran dan maksiat. Tapi jika ia dipegang oleh orang soleh dan beriman, akan dapat mewujudkan kemaslahatan bagi masyarakat luas. Alasan ini memang indah kedengaran.
Namun kenyataannya, semua yang berebut jabatan mengklaim bahwa ia lebih baik dari yang sedang memimpin. Dan tidak ada yang dapat memberi jaminan bahwa jika ia memimpin, keadaan akan menjadi lebih baik.
Bahkan rata-rata orang pandai berteriak sebelum menjadi pemimpin, tetapi setelah masuk ke dalam sistem, mereka tak bisa berbuat banyak. Akhirnya mengikuti gaya orang sekuler. Yang mencoba bertahan dengan idealisme, mendapat serangan dan kecaman dari berbagai pihak, lalu akhirnya menyerah kepada keadaan.
Berapa banyak mantan aktifis mahasiswa yang sebelumnya kritis dan berdemo menentang rezim masa lalu, tetapi sesudah masuk ke dalam sistem, tidak bisa merubah apa-apa, bahkan menggunakan cara-cara yang dipakai oleh rezim sebelumnya, memanfaatkan jabatan untuk menimbun uang dan kekayaan.
Kemudian merekapun menyiapkan alasan-alasan pembelaan; antara lain, merubah sesuatu tak bisa sekejap mata, tetapi harus bertahap, menilai sesuatu tak boleh hitam-putih, apa yang ada sekarang sudah lebih baik dari masa sebelumnya.
Keadaan seperti ini semakin memperkuat keyakinan sebagian orang, bahwa memperbaiki sistem tidak harus masuk terjun ke dalam sistem itu. Bahkan tak mungkin melakukan perubahan selama kita ada di dalam. Sebuah logika terbalik dari slogan yang digembar gemborkan pihak lain, yang kalau mau merubah sistem, harus terjun ke dalam sistem itu. Ternyata kebanyakan yang pernah terjun ke dalam sistem, tidak mampu merubah kerusakan yang ada. Bukan sekedar tak mampu membersihkan, justru ikut terkena kotoran.
Memang ada sebagian yang masuk ke dalam sistem dengan cara yang sah, lalu berjuang di dalamnya dengan penuh resiko, mencoba melakukan perubahan dan bertahan dengan prinsip-prinsip yang dipegangnya. Mereka ini biasanya kalau tak tersingkir, dimusuhi atau makan hati.
Gerakan Islam sebenarnya lebih besar dari sekadar Partai Politik yang dibatasi oleh aturan-aturan formal, aturan main, dan bahkan ideologi kebangsaan. Gerakan Islam berjuang untuk jangka waktu yang tak terbatas, hingga Islam itu tegak berdiri dengan kokoh. Lingkup kerjanya juga tidak hanya menyangkut soal-soal politik.
Ketika gerakan Islam menjadi partai politik, sebenarnya ia sedang dipasung dan dihadapkan pada agenda kacangan yang didiktekan kepadanya yang bukan menjadi agenda utamanya. Bahkan kesibukannya mengurusi soal-soal politik hanyalah pembelokan dari target utama dan juga pemborosan energi yang tak setimpal dengan hasil yang dicapainya. Ibarat membayar dengan harga emas untuk membeli besi.
Betapa sayangnya seorang yang sudah tiga puluh tahun malang melintang dalam gerakan Islam, ujung-ujungnya hanya menjadi tukang lobi kesana-kemari untuk memperjuangkan kursi alias kekuasaan. Sungguh menyedihkan. Yang diperjuangkan oleh gerakan Islam adalah sebuah agenda besar yang mendunia (Ustaziyyatul ‘Alam), bukan agenda lokal dan sektor sempit dan terbatas.
Lalu di sini mungkin pertanyaan akan muncul, apakah urusan lokal yang berujung pada kemaslahtan ummat Islam itu diabaikan? Jawabannya jelas tidak. Akan tetapi biarlah masalah-masalah lokal dan sektoral itu diurusi oleh anak-anak ummat yang mempunyai kualitas lokal.
Adapun gerakan Islam yang sudah mendunia haruslah bekerja sesuai dengan kapasitasnya. Tak pantas pemuda-pemuda gerakan diminta mengurus pilkada, pemilu, menempel-nempel poster, apalagi bertarung dengan orang-orang yang tak sekapasitas dengannya.
Gerakan Islam sekali lagi harusnya mengurusi hal-hal yang lebih besar, lebih strategis, yakni pembinaan ummat, membangun generasi intelek dan beriman, mengarahkan pemikiran ummat kepada cara berpikir yang Islami setelah mengalami degradasi. Anak-anak gerakan yang tak naik kelas bolehlah dipersilahkan terjun ke dunia politik praktis. Karena sampai di situlah mungkin batas kemampuannya.
Ada hikmahnya kenapa Allah swt tidak mengizinkan gerakan Islam di negeri induknya berkecimpung dalam politik praktis secara besar-besaran. Karena hal itu akan membuat mereka lalai dari perjuangan utama. Target utamanya bukan untuk mendapat kursi Perdana Menteri, atau bahkan Presiden sekalipun, tetapi untuk menjadi qiyadah fikriyah bagi pergerakan Islam sedunia.
Andaikan peluang lokal itu terbuka, niscaya mereka akan sibuk dengan masalah-masalah parsial di lapangan sementara tugas mereka jauh lebih kompleks dari membenahi sebuah negara yang masyarakatnya sudah rusak secara ideologis, moral dan perasaan.
Tugas Gerakan Islam lebih besar dari membersihkan korupsi, ketimpangan ekonomi, ketidak merataan pembangunan. Tugas mereka adalah mengembalikan penyembahan kepada Allah setelah mengalami degradasi dengan menuhankan manusia dan Tuhan-tuhan lainnya. (Ikhrojun Naas min Ibadatil Ibad ilaa Ibadatil Robbil Ibaad). SUMBER : ERAMUSLIM.COM

Sejarah Panjang Islam Diminangkabau (masuknya islam di minangkabau ) part I

8:44 PM Add Comment

Karakter masyarakat Minangkabau yang lebih terbuka dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya membuat masyarakat Minangkabau berada pada posisi yang dapat dengan mudah menerima pengaruh kebudayaan luar secara cepat sejauh tidak bertentangan dengan nilai-nilai adat, budaya dan filosofi hidupnya, yang telah ada sejak dulu. Meski demikian, mereka juga sangat kritis terhadap setiap budaya yang masuk dari luar. 

Karena itu pula, setiap budaya yang datang dari luar yang tidak sesuai dengan budayanya tidak akan bertahan lama, seperti budaya dan ajaran yang dibawa oleh agama Hindu-Buddha.[1] 

Minangkabau dengan kebudayaannya yang khas telah ada jauh sebelum Islam datang, bahkan juga jauh sebelum agama Buddha dan Hindu memasuki wilayah Nusantara (Indonesia). Dengan demikian, dapat dipahami bahwa budayanya itu telah mencapai bentuk yang terintegrasi sebelum agama Hindu dan Buddha serta agama islam datang. Adatnya yang didasarkan pada perasaan, hati nurani dan hukum alam yang termuat dalam “Tungko tigo sajarangan, yaitu alua jo patuik, anggo jo tango dan raso jo pareso”.


Masuknya Islam ke Minangkabau

Islam masuk ke Minangkabau diperkirakan sekitar abad VII M. Meskipun begitu ada juga pendapat lain, yaitu abad XIII, namun para sejarawan sepakat menyatakan bahwa penyebaran Islam melalui tiga jalur :

Pertama, jalur dagang. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa Minangkabau selain terletak pada jalur yang strategis dalam hal perdagangan juga merupakan penghasil komoditi pertanian dan rempah-rempah terbesar di pulau Sumatera seperti lada dan pala. Potensi demikian mengundang minat para pedagang asing untuk memasuki dan mengembangkan pengaruhnya di Minangkabau. Dan diantara para pedagang asing tersebut, ada pedagang Islam yang mereka juga menyebarkan Islam.

Adanya interaksi dalam hal perdagangan dan pergaulan maka secara tidak langsung, mereka juga telah menyiarkan Islam. ini menunjukkan bahwa penyiaran Islam ketika itu telah berlangsung meskipun belum terencana dan terprogram.[2]

Karena itulah, banyak diantara tokoh-tokoh Minang tertarik dengan Islam, apalagi praktik hidup mereka. Salah satu yang mendorong dan mudahnya mereka menerima Islam adalah ajarannya yang sederhana dan mudah dipahami, lagipula budaya dan falsafah adat yang dianut dan sifat yang lebih terbuka memberikan nuansa positif bagi perkembangan Islam di wilayah ini.

Namun demikian penyiaran Islam sempat terhenti pada periode ini karena terhalang oleh tindakan Dinasti Cina T’ang yang merasa kepentingan ekonominya di Minangkabau Timur terancam oleh Khalifah Umayyah. Keadaan ini berlangsung lebih kurang 400 tahun. Akibatnya perkembangan Islam pun terhenti sampai tahun 1000 M.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pengembangan Islam pada dekade ini dilakukan melalui pendekatan kultural, yaitu disesuaikan dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat Minang.

Kedua, penyiaran Islam tahap ini berlangsung pada saat Pesisir Barat Minangkabau berada di bawah pengaruh Aceh (1285-1522 M). Sebagai umat yang telah terlebih dulu masuk Islam, pedagang Aceh juga berperan sebagai Mubaligh. Mereka giat melakukan penyiaran dan mengembangkan Islam di daerah pesisir dimana mereka berdagang terutama wilayah dibawah pengaruh Aceh (Samudra Pasai). Salah satu faktor pendorong mereka adalah hadits Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa “Sampaikanlah ajaranku meskipun hanya satu ayat”. Sejak itu Islamisasi di Minangkabau dilakukan secara besar-besaran dan terencana. Keadaan ini berlangsung pada abad XV M.

Pada masa ini pula seorang putra Minangkabau Burhanuddin, putra Koto Panjang Pariaman, masuk Islam. ia kemudian pergi Aceh menuntut ilmu keislaman pada Syaikh Abdur Rauf. Setelah pulang dari aceh, ia secara intensif mulai mengajarkan Islam di daerahnya terutama sekitar Ulakan. Ternyata apa yang ia usahakan disambut baik oleh masyarakat untuk mempelajari dari berbagai pelosok Minangkabau.

Dalam waktu relatif pendek, Ulakan menjadi ramai dikunjungi masyarakat untuk mempelajari Islam lebih jauh. Padahal sebelumnya,, Ulakan hanya suatu daerah terpencil. Sejak itu sampai sekarang tempat ini masih ramai dikujungi oleh umat Islam dari berbagai penjuru tanah air, terutama pada bulan Shafar.

Melalui murid-murid Burhanuddin lah Islam berkembang sampai ke daerah Darek (dataran tinggi). Sehubungan dengan itu muncul pepatah adat mengatakan bahwa syarak mandaki adat menurun. Artinya, Islam mulai dikembangkan dari di daerah pesisir ke daerah pedalaman, sementara adat berasal dari darek baru kemudian dikembangkan ke daerah rantau termasuk pesisir.[3]

Ketiga, Islam dari pesisir Barat terus mendaki ke daerah Darek. Pada periode ini kerajaan Pagaruyung sebagai pusat pemerintahan Minangkabau masih menganut agama Buddha, namun demikian, sebagian besar masyarakat telah menganut Islam, pengaruhnya begitu nampak di dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan ini bagi Pagaruyung hanya menunggu waktu memeluk Islam. sehubungan dengan hal itu, Islam baru masuk menembus Pagaruyung setelah Anggawarman Mahadewa, sang raja, memeluk Islam. setelah ia masuk Islam namanya diganti dengan Sultan Alif.

Sejak itu, Pagaruyung resmi menjadi kerajaan Islam dan sekaligus raja melakukan perombakan dan penyempurnaan sistem pemerintahan disesuaikan dengan lembaga yang telah berkembang di dunia islam. Penyempurnaan yang dilakukan adanya lembaga pemerintahan bari di tingkat atas, yaitu raja ibadat berkedudukan di Sumpur Kudus. Lembaga ini merupakan imbangan terhadap raja adat berkedudukan di Buo. Masuknya Anggawarman mahadewa masuk Islam, secara tidak langsung penyebaran Islam makin luas hampir ke seluruh wilayah Minangkabau.

Hal ini tentu saja tidak terlepas dari pengaruh dan dukungan yang diberikan Sultan Alif terhadap penyiaran Islam. Meksipun ketika itu penguasa memberikan dukungan penuh kepada para da’I, namun penyiaran Islam tidak dilakukan melalui pendekatan kekuasaan, tetapi tetap melalui pendekatan kultural masyarakat, sehingga tidak terjadi akses negative, apalagi meresahkan masyarakat setempat.[4]

Berdasarkan fakta sejarah tersebut, kehadiran Islam bagi masyarakat Minangkabau merupakan suatu rahmat, karena dengan ajaran Islam adat Minangkabau semakin kokoh dan sempurna. Sehubungan dengan itu, Syaifullah berpendapat bahwa sejak Islam menjadi agama masyarakat Minangkabau, adatnya mengandung ajaran-ajaran yang bersamaan dalam bidang sosial. Dengan begitu adat Minangkabau juga mengandung ajaran tentang aturan yang mengatur tentang hubungan antara sesama manusia, hubungan manusia dengan Khaliqnya, aturan tentang membina persatuan, aturan tentang memegang teguh prinsip musyawarah atau mufakat, dan tujuan yang hendak dicapai dengan mempergunakan ajaran yang empat macam sebagai pegangan dan pedoman.[5]

Berdasarkan paparan di atas proses masuknya Islam ke Minangkabau tidak terlepas dari peran Ulama Aceh, salah satunya adalah Syaikh Abdur Rauf, yang turut menyiarkan dan menyebarkan Islam melalui Syaikh Burhanuddin.

Dan Al-Qur’an bagi orang Minang merupakan konstitusi tertinggi bagi budaya dan masyarakat. Karenanya tidak masuk akal jika ada orang Minang yang beragama selain Islam. Dan tidak pula keliru menyebut bahwa orang Minang yang pindah agama tidak lagi berada dalam koridor ke-Minangkabauannya. Karena itu aib besar bagi seorang Minang dikatakan tidak beradat dan tidak beragama (Islam).[6]


Footnote :

[1] Bakhtiar, dkk., Ranah Minang Di Tengah Cengkeraman Kristenisasi, Bumi Aksara, 2005, hlm. 7.

[2] Ibid, hlm. 16-17.

[3] Ibid, hlm. 17-18.

[4] Ibid, hlm. 18-19.

[5] Ibid, hlm. 19-20.

[6] Ibid, hlm. 31-33.
sumber : http://jilbabkujiwaku.blogspot.co.id/

Kisah Nyata Istri yang Mengkhianati Suaminya dan Berzina Karena Facebook

8:54 AM Add Comment

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim .. Berikut ini adalah sebuah kisah nyata. Ini adalah pengakuan seorang istri yang menulis pada note di facebooknya tentang dirinya yang terjebak perselingkuhan dan perzinaaan akibat sisi buruk facebook. Semoga kita semua bisa mendapat pelajaran yang berharga dari kisah ini.
----------------------------------------

"Pernikahanku dengan Rudi (nama samaran) sudah memasuki sepuluh tahun. Sampai saat itu hubunganku dengan Rudi sangat harmonis. Ditambah lagi dengan hadirnya tiga buah hati kami.

Namun, sebuah musibah dalam keluargaku mulai muncul ketika aku mengenal facebook. Karena jejaring sosial inilah impianku untuk membangun rumah tangga yang utuh berantakan. Aku yang sehari-hari hanya sebagai ibu rumah tangga tergoda dengan rayuan laki-laki lain melalui facebook.

Kisah ini bermula pada tahun 2009 ketika aku diperkenalkan oleh suamiku tentang facebook. Saat itu, aku yang hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga seakan mendapat hiburan baru. Suamiku pun senang karena melihatku yang tidak lagi jenuh sewaktu mengerjakan pekerjaan rumah dan menjaga anak-anak. Singkat cerita, setelah sebulan mengenal facebook, aku merasa tak ada yang istimewa pada jejaring sosial ini. Namun, setelah mengenal fitur chat (obrolan), aku mulai menikmatinya. Apalagi banyak yang ingin berkenalan denganku, baik itu laki-laki, maupun ibu-ibu. Wajahku memang ayu. Kulitku putih bersih. Saat ini usiaku sekitar 34 tahun. Aku memasang foto profil yang cukup menarik di facebook. Mungkin ini yang membuat banyak orang tertarik untuk berkenalan lebih jauh denganku.

Dari sekian banyak laki-laki yang menyapaku di facebook, ada beberapa lelaki yang mengaku tertarik kepadaku. Walaupun saat itu aku mengatakan bahwa aku sudah punya anak dan suami sehingga sebenarnya mereka tidak pantas untuk menyukaiku.

Awalnya aku bertekad untuk tidak tergoda dengan bujuk rayu sejumlah lelaki di facebook. Namun, setelah aku mengenal Salam (nama samaran), semuanya berubah. Salam adalah salah satu pejabat di perusahaan BUMN di Sulawesi Selatan. Salam benar-benar membuatku terpikat dan mampu menggoyahkan imanku. Bahasanya yang santun, dan caranya ia memberiku perhatian di facebook telah membuat hatiku luluh.

Setiap hari kami berbincang-bincang lewat facebook. Bahkan kami saling bertukar pikiran tentang rumah tangga kami masing-masing. Bisa dibilang kami saling curhat. Dari sinilah perasaan aneh itu muncul, baik dalam diri saya maupun dalam diri Salam. Akhirnya, Salam menyatakan rasa cintanya kepadaku lewat chat dan ingin berjumpa denganku.

Aku yang sejak awal sudah tertarik dengan Salam tak mampu menolaknya. Namun, aku masih malu-malu menyatakan rasa cinta ini kepadanya.

Setelah sekian bulan hanya chatting di facebook, kami pun sepakat untuk bertemu. Kami kemudian melakukan pertemuan di salah satu restoran di Makassar bagian barat. Saat itu Salam datang seorang diri, sementara aku membawa anak bungsuku.

Walaupun aku menyukainya, aku tak ingin pertemuan kami menimbulkan fitnah. Perasaanku deg-degan saat bertemu dengan Salam. Ia pun menyapaku dengan suara berat. Ada perasaan lain yag timbul di dalam hatiku. Di tempat itu, Salam pun kembali menyatakan ketertarikannya kepadaku. Aku pun menyatakan hal yang sama.

Pertemuan dengan Salam di restoran tersebut bukanlah hal yang terakhir. Sejak pertemuan itu, kami pun sering janjian untuk bertemu. Bahkan, kadang, aku bertemu dengan Salam seorang diri tanpa membawa anakku. Kebetulan di rumah aku memiliki seorang pembantu rumah tangga.

Rupanya, inilah awal dari keretakan rumah tanggaku dengan Rudi. Aku sudah mulai jarang di rumah tanpa sepengetahuan Rudi. Maklum, setiap hari Rudi bekerja mulai dari pagi hingga malam.

Sementara aku terkadang selalu bertemu dengan Salam dari siang hingga sore. Salam telah membuka mataku tentang indahnya dunia ini. Ia mengajak aku berjalan-jalan ke mall untukshopping, wisata kuliner, dan mendatangi tempat-tempat hiburan lainnya. Ini semua kulakukan tanpa harus mengeluarkan uang. Aku seakan-akan sudah terjebak dalam kehidupan foya-foya dan gemerlap dunia.

Walaupun aku sering berfoya-foya dengan Salam, sikapku di rumah tetap seperti biasa. Aku tetap melayani suamiku ketika ia baru pulang dari kantor, termasuk mengurus pakaian dan makanannya saat ia akan ke kantor di pagi hari.

Setelah jalan bersama dengan Salam selama dua bulan, aku pun tak mampu menolak ajakan Salam untuk bertemu di hotel. Saat itu Salam sudah membooking salah satu kamar di salah satu hotel berbintang di Makassar.

Kira-kira pada pukul 11.00 malam, aku datang menemuinya di kamar itu. Setelah kami berbincang-bincang selama beberapa menit, aku tak kuasa ketika Salam memeluk tubuhku. Akhirnya, aku pun terjebak, dan rela melakukan hubungan suami istri dengan lelaki yang bukan suamiku sendiri.

Sejak peristiwa itu, kami sering melakukannya, berpindah-pindah dari satu hotel ke hotel yang lain. Aku pun begitu menikmati kehidupanku ini. Namun, hatiku setiap hari berteriak. Aku tak rela mengkhianati suamiku yang sudah memberiku tiga orang anak. Apalagi ia begitu baik dan begitu mempercayaiku. Ia pun sangat disenangi oleh keluargaku.

Aku ingin lepas dari kehidupan Salam yang harus kuakui telah memberi warna baru dalam hidupku. Ia pun mengaku tulus mencintaiku. Di depanku ia juga mengaku berdosa telah mengkhianati istrinya. Tapi, sama seperti aku, ia tak bisa meninggalkanku.

Hari-hari terus berlalu dan bulan-bulan pun silih berganti, sedangkan kehidupanku tak ada yang berubah. Aku dan Salam masih tetap jalan bersama. Bahkan, aku semakin takut kehilangannya. Namun, peribahasa yang mengatakan, "sepandai- pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga" telah terbukti kepada diriku.

Sepandai-pandainya aku menyembunyikan hubunganku dengan Salam, akhirnya ketahuan juga oleh suamiku. Aku ketahuan selingkuh setelah suamiku membaca SMS Salam yang berisi kata-kata mesra dari Salam. Ia pun memaksa aku untuk mengakuinya. Saat itu aku pun pasrah dan tak bisa berbuat apa-apa. Apalagi suamiku langsung menghubungi nomor ponsel Salam. Awalnya Salam membantah, dan mengatakan bahwa ia dan diriku hanya berteman.

Namun, setelah diancam oleh suamiku, Salam mengakuinya dan meminta maaf. Namun, suamiku sudah terlanjur sakit. Ia pun langsung menceraikanku. Saat ini aku dan Rudi masih dalam tahap perceraian.

Namun, dalam do'aku setiap selesai shalat, aku bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta'ala, kepada suamiku, kepada anak-anakku dan kepada keluargaku karena aku telah menyia-nyiakan cinta mereka. Aku ikhlas menerima ini semua atas konsekuensi dari perbuatanku sendiri. Namun, aku masih tetap berharap untuk bisa kembali bersama dengan Rudi, dan akan aku buktikan untuk menjadi istri yang baik."

Catatan : Sebenarnya teknologi diciptakan untuk mempermudah manusia dalam kehidupannya sehari hari, tapi sayangnya, kita sendiri yang menyalahgunakan teknologi tersebut untuk hal-hal yang buruk. Sungguh, salah satu sumber perceraian terbesar di dunia saat ini adalah perselingkuhan via Facebook, Twitter, BBM, dan aplikasi-aplikasi sosial lainnya.

Jadi gunakanlah teknologi dengan bijak, serta hati-hatilah karena setan akan terus menggoda untuk menyesatkan diri kita semua. Gunakanlah jejaring sosial untuk mendapatkan keberkahan silaturahim, mencari ilmu yang bermanfaat, atau untuk berdakwah. Nasihat terutama untuk wanita, janganlah memasang foto yang memperlihatkan aurat sehingga menarik perhatian lawan jenis.

Terima kasih dan mudah mudahan artikel ini bermanfaat untuk kita 


SUmber : http://www.lampuislam.org/

6 Tanda Perang Dunia III Sudah Dekat

7:54 AM Add Comment

Ilustrasi Perang Dunia III (foto: The Richest)

Sepanjang sejarah hanya pernah terjadi dua kali perang dunia, yakni Perang Dunia I yang terjadi pada tahun 1914 sampai 1918. Kemudian berlanjut dengan Perang Dunia II yang dimulai pada tahun 1939 sampai 1945.

Meskipun zaman sekarang bukan zamannya perang, tetapi nyatanya banyak peperangan yang terjadi di luar sana. Jadi, tak menutup kemungkinan Perang Dunia III bisa saja meletus. Jika Perang Dunia III terjadi, sudah dipastikan Bumi ini akan hancur.

Albert Einstein pernah berkata, "Saya tidak tahu senjata apa yang digunakan di Perang Dunia III, tetapi Perang Dunia IV akan bertarung dengan tongkat dan batu."

Dilihat dari konflik antar negara yang terjadi sekarang, terorisme dan masalah-masalah lainnya, berikut Wow Menariknya merangkum beberapa tanda dari The Richest bahwa Perang Dunia III sudah dekat.

6. Rusia ikut atasi masalah di Suriah

Akhir-akhir ini langit Suriah dipenuhi dengan pesawat tempur Rusia. Diperkirakan setidaknya ada 55 serangan udara yang diluncurkan Rusia untuk membombardir beberapa kamp ISIS di Suriah.

Tak hanya Rusia, Amerika Serikat juga turut memerangi ISIS yang dianggap ancaman global di Suriah. Mungkin banyak yang bertanya-tanya sebenarnya apa maksud dua negara adidaya itu ada ikut campur ke dalam urursan teroris di Suriah.

5. Terorisme di Timur Tengah

Sejak peristiwa 9/11, Amerika Serikat menaruh curiga di beberapa negara di Timur Tengah karena dianggap sebagai sarangnya terorisme.

Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS sekarang menjadi komplotan terorisme yang menebar ancaman ke seluruh dunia. Wilayah kekusaan mereka di beberapa negara di Timur Tengah sudah sangat luas. Bahkan mereka mengancam akan mulai menyerang negara-negara Eropa.

4. Krisis utang di Eropa

Krisis utang di Eropa telah menjadi kenyataan sejak tahun 2009. Tingkat pengangguran di Yunani dan Spanyol mencapai 27 persen pada tahun 2013. Dikhawatirkan ketegangan terjadi antara negara yang mengalami krisis ekonomi.

Jika krisis ini tidak bisa ditekan, kemungkinan besar banyak warga yang mengalami kesulitan ekonomi dan berakhir dengan tindakan anarkis.

3. Masalah lingkungan

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, semakin banyak manusia yang lupa terhadap kelestarian lingkungan. Buktinya banyak orang yang sudah tak peduli dengan alam hanya demi keuntungannya masing-masing.

Jika bencana lingkungan menghancurkan sebuah negara, maka rakyat negara tersebut akan berpindah dari negaranya ke negara lain. Jika negara yang dituju tidak menerima mereka, maka tidak ada jalan lain selain peperangan.

2. Korea Utara

Korea Utara dituduh pernah melakukan uji coba rudal nuklir sebanyak tiga kali sejak tahun 2006. Negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu juga dikatakan tengah mengembangkan rudal blastik mobile yang berpotensi melintasi lautan dan mendarat di AS.

1. Hubungan AS dan China memburuk

Hubungan politik antar dua negara adidaya ini sekarang sedang dalam masalah, tetapi tidak bisa dijelaskan secara detail. Namun yang jelas, jika ketegangan antar dua negara ini mencapai titik krisis, konflik keduanya maka akan berimbas kepada seluruh dunia.

Itulah beberapa tanda Perang Dunia III sudah dekat. Kita hanya berharap jangan sampai perang terulang lagi karena tidak akan membawa keuntungan apa-apa kecuali penderitaan. sumber : http://www.wowmenariknya.com/
Telkomsel & indosat milik siapa ? wajib baca  !!!!!

Telkomsel & indosat milik siapa ? wajib baca !!!!!

6:08 PM Add Comment
Hasil gambar untuk telkomsel milik siapa
Tahukah Anda bahwa perusahaan komunikasi seluler Telkomsel yang mempesona ini sarat muatan komersil dan politis? Telkomsel yang ternyata sahamnya dimiliki juga Indosat sebesar 35% itu  disinyalir memainkan  peranan sebagai "pengumpul dana"  untuk kepentingan komersial dan politik. Telkomsel yang dimiliki oleh Indosat  -disebut-sebut adalah saingan Telkomsel-   disinyalir memainkan peranan Kartel di bidang industri telekomunikasi di tanah air bersama beberapa operator seluler lainnya.  Mereka sepertinya bersepakat mengatur "permainan" agar langgeng dan dapat meraup berbagai tujuan masing-masing operator. Mereka yang terlibat dalam kartel tersebut memperlihatkan kepada publik bahwa seolah-olah mereka bersaing dalam permainan yang amat keras, akan tetapi sesungguhnya pada level top pemilik saham mereka mengatur irama itu dan tertawa terbahak-bahak menyaksikan upaya pembodohan pelanggan yang dilancarkan oleh masing-masing operator melalui iklan dan promosi taktis, padahal semua operator itu berada dalam kendali kerajaan kartel si Raja Telekomunikasi Indonesia. Analisa keterkaitan Telkomsel dalam jaringan Kartel. Sebagai perusahaan yang telah menjadi operator seluler nomor satu di Indonesia (berdasarkan standard penguasaan pangsa pasar dan jumlah pelanggan) Telkomsel telah tumbuh menjadi perusahaan telekomunikasi raksasa di Indonesia bahkan di Asia. Di Indonesia dengan meraih jumlah pelanggan 100 juta pelanggan pada Mei 2011 dan menguasai 51% market share (pangsa pasar) tahun 2007, Telkomsel telah menjalin kerjasama dengan mitra operator di berbagai dunia. Disebutkan dalam berbagai informasi, Telkomsel berhasil membuka jaringan kerjasama dengan 155 negara. Melihat reputasi dan keterkaitan pembagian saham Telkomsel dengan "saingannya" Indosat sebagaimana disebutkan di atas, apa yang ada dalam pikiran kita selain munculnya rasionalitas sebagai respon atas kejanggalan dan keanehan tersebut? Untuk lebih jelasnya mari perhatikan beberapa catatan penting tentang jaringan "krodit" operator kelas wahid kita sebagai berikut : Pembagian saham Telkomsel adalah : 65%  oleh  PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk ( atau disebut "Telkom" saja) Indonesia dan 35% untuk Indosat, Tbk. Dari 65% saham milik Telkom, Tbk ini  dimiliki oleh Singtel (Singapore) sebesar 35%, artinya, saham yang murni dimiliki Telkom, Tbk hanya 30% saja, itu pun belum dikurangi saham milik publik yang juga tedapat dari pihak asing. Indosat, Tbk sendiri dimiliki oleh jaringan multi taipan dari berbagai negara, dengan demikian tak mustahil Indosat, Tbk itu sahamnya dikuasai oleh para taipan dari bebrapa negara, antara lain :  QTEL Asia  sebesar 65% (milik kongomerat Qatar setealh dijual oleh STT Singapore ke Qatar),   Skagen dari  AS  sebesar 5,57%. Setelah itu barulah Pemerintah RI (14,29%) dan publik (15,14%. Lihatlah kepemilikan saham kita (Pemerintah 14,29% dan publik 15,14%, jika keduanya dijumlahkan hanya 29,43% saja. Tidak sampai 35% seperti jumlah saham Telkomsel yang yang dimiliki Indosat, Tbk. Sementara itu, PT Telekomunikasi Indonesia yang menguasai 65% saham Telkomsel, ternyata dimiliki oleh para taipan kaliber kakap asing, sebesar 45,58%. Sedangkan Pemerintah RI (BUMN PT Telkom, Tbk) sebesar 51,19%. Sisanya, 3,23% saja dimiliki oleh "anak negeri." Siapakah taipan kaliber asing yang menguasai 45,58% saham PT Telkom, tbk? Ternyata pemiliknya paling dominan adalah lagi-lagi dari SingTel singapore. Atas dasar data dan fakta di atas  kita dapat mengambil beberapa  kesimpulan utama, yaitu : Industri telekomunikasi di tanah air TELAH dikuasai oleh pihak Asing. Adanya persekongkolan dalam industri telekomunikasi kita dalam jaringan Kartel Telekomunikasi. Ternyata pemiliknya yang "itu-itu saja" alias dia-dia juga. Telkomsel memainkan peranan penting dalam Kartel tersebut. Telkomsel terindikasi menjadi "Sapi Perah" untuk tujuan komersil dan Politik negara asing Pemerintah tidak berdaya mengatur deregulasi bidang telekomunikasi yang menguntungkan kepentingan bangsa (pengguna) dan negara karena berhadapan dengan jaringan mafia komunikasi asing. Telkomsel dan beberapa operator lainnya, telah menjelma menjadi kendaraan strategis  yang dipergunakan oleh para taipan asing untuk meraup keuntungan optimal dari Indonesia. Idea dan inovasi apapun dilakukan atas nama profesionalisme dan layanan prima, padahal di dalamnya Telkomsel telah menjadi "sapi perah" untuk kepentingan politik dan komersial para Taipan. Kepentingan politik terhadap Telkomsel adalah, operator seluler ini digunakan untuk meraup keuntungan  bagi kepentingan negara asing dan berkaitan dengan bargaining pada bidang yang sama dalam kepemilikan di PT Telekom, PT Indosat, PT.Indosat, PT.Excelcomindo,  PT.Natrindo (Lippo Telecom),  PT.Cyber Access, PT. Mandara Seluler dan Twinwood Ventura. Semua perusahaan seluler itu dimiliki oleh taipan kaliber dunia terutama dari Singapore dan Malaysia. Menggoyang Telkomsel dari cengkeraman Taipan asing sama halnya menganggu stabilitas di beberapa perusahaan operator seluler lainnya. Lihatlah bagaimana mereka menguasai saham-saham perusahaan operator seluler kita, sebagai berikut : PT.Telkomsel 35% sahamnya dipegang oleh SingTel anak perusahaan Temasek Singapore. PT.Natrindo (Lippo Telecom) 95% sahamnya dikuasai Maxis Communication, PT.Cyber Access 60% sahamnya dikuasai Huctchinsons Telecom Hongkong. PT.Mandara Seluler, 24,7 % sahamnya dikuasai Polaris Mobile. Juga tercatat Twinwood Ventura dari Sampoerna Group menguasai 58% saham PT.Mandara Seluler. PT.Excelcomindo 66,98% sahamnya dikuasai Telekom Malaysia. PT.Indosat 41,94 % sahamnya  (sebelum dijual oleh STT ke QTEL ASIA) dikuasai ST Telemedia (STT) anak perusahaan Temasek Singapore, Oleh karenanya tidak heran, mengapa pemerintah kita dan Telkom, Tbk sendiri  yang telah berkoar-koar sejak tahun 1997  hingga kini (4 tahun lamanya) akan melakukan buyback, ingin akuisisi, ingin menguasai dan berbagai istilah yang bernada menghibur publik,  BELUM dapat membuktikan rencana tersebut sebelum berakhirnya MoU yang telah ditandatangani. Jadi apapun kondisi dan situasinya, para Taipan yang tergabung dalam Kartel tersebut tidak akan memberi ruang gerak dan kesempatan kita untuk mengatur strategi melepaskan Telkomsel dari jeratannya. Mungkin suatu saat ketika para taipan sudah puas dan melihat Telkomsel dan operator di tanah air sudah mampu mandiri atau sudah terpecah belah karena reformasi dalam industri telekomunikasi, bisa jadi para taipan dalam kartel tersebut melepas cengkeramannya. Permainan maut Telkomsel pencabut Nyawa Pulsa Oleh karena itu tak heran, apapun dilakukan untuk meraup keuntngan optimal termasuk metode-metode dan skema pembodohan pelanggan melalui iklan dan lebih parah lagi adalah melalui pesan SMS yang menjebak dan menipu membuat kita geleng-geleng kepala karena diperlakukan seolah-olah tidak mengerti sama sekali sedang dalam jebakan maut mereka. Lihatlah apa yang sedang santer dan heboh dibicarakan saat ini. Lihatlah betapa vulgarnya Telkomsel mengirim SMS mulai betema "Mama Minta Pulsa" hingga "Hadiah Gratis Untuk Anda dengan menjawab 5 Pertanyaan berturut-turut."  Belum lagi aneka jebakan maut menyedot "nyawa" pulsa pelanggan melalui konten murahan yang disewa oleh beberapa provider di Telkomsel. Soal keuntungan dari permainan maut itu tidak tanggung-tanggung. Bayangkan saja sekali pesan itu Anda terima  maka Anda akan dikirim SMS berbahaya beberapa kali yang berujung pada habisnya "nyawa" pulsa Anda akibat disedot sebesar Rp.2000,- per SMS haram tersebut. Apa tanggapan anaka-anak, ibu-ibu atau pelanggan di kota dan pedesaan yang masih kurang memiliki wawasan obyektifitas  saat menerima pesan Telkomsel yang menawan tersebut? Mereka menekan tombol yes (setuju atau mengikuti petunjuk atau perintahnya. Lalu tekan Yes, tanda setuju), akibatnya fatal, pulsa mereka tersedot dengan cepat. Tragisnya bukan hadiah yang di dapat malah minta uang lagi untuk mengisi pulsa yang terbuang percuma dan sia-sia. Percuma dan sia-sia bagi kita, tapi menarik untuk Telkomsel. Lihat saja, berapa orang yang mampu terkoceh setiap hari? Katakan dari total 100 juta pelangganTelkomsel, hanya 5% saja yang terjebak setiap hari, atau katakanlah hanya 5% pelanggan Telkomsel yang terjebak dalam satu bulan terakhir, artinya ada sekitar 5 juta pelanggan yang memberikan pulsanya kepada Telkomsel. Dari 5 juta pelanggan tersebut, mereka terjebak permainan sebanyak 5 kali saja (karena menjawab 5 kali pertanyaan) dengan baya per SMS katakanlah Rp.1000,- per SMS. Artinya ada sebanyak 5 juta pelanggan yang dirampok oleh Telkomsel sebesar Rp.5000.- per orang. Jika ditotal jumlahnya mencengangkan, yaitu mencapai Rp.25 miliar. Berapa  lamakah sudah permainan itu dijalankan oleh Telkomsel? Apakah tidak menarik? Taipan Telkomsel Tak Terbendung? Jangan berpikir lagi adanya kompetitor murni di dalamya, yang  ada hanyalah kompetitor gadungan alias kompetitor rekayasa. Memang benar ada kompetisi dalam memerankan peranan masing-masing untuk menaikkan rating keuntungan bagi korporate masing-masing, tapi semua akhirnya bermuara pada taipan-taipan kaliber dunia yang sedang termehek-mehekmelihat skenario sandiwara penuh fulus itu berjalan dengan sukses. Adanya tekanan kepada Meninfokom juga tidak bergema sama sekali. Malah dalam wawancanra dengan TV One minggu lalu, Menteri Tifatul Sembiring seperti tidak semangat membahas hal ini. Secara eskplisit ia tidak terlalu semangat melepaskan peranan Taipan dalam menguasai Telkomsel, tetapi secara implisit dari raut wajah dan sikapnya terbersit ketidak mampuan pemerintah intervensi terlalu dalam tentang rencana tersebut. Apa yang dipikirkan oleh pak Tifatul? Biarlah pak Tifatul sendiri yang mengetahui detailnya. Sama halnya biarlah kita menerka-nerka apa sebetulnya yang melatar belakangi permainan maut Telkomsel ini, termasuk menerka-nerka melalui tulisan ini. Apapun yang kita lakukan tidak akan mengubah perilaku dan strategi para Taipan itu secara permanen. Lihat saja apa yang pernah dilakukan oleh Indonesia Telecommunication Users Group (ID.TUG) saat melaporkan Direktur Utama (Dirut) PT Telkomsel, Sarwoto Atmo Sutarno (pada saat itu -red) ke polisi pada 12/10/2009 lalu. Ia dijerat UU Perlindungan Konsumen dan UU tentang Telekomunikasi terkait dengan perubahan layanan bagi pengguna Telkomsel Flash (T-Flash), yang dinilai merugikan pelanggannya. Proses atas berbagai kasus pengaduan apapun terhadap Telkomsel tidak jelas juntrungannya. Bisa jadi UU No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pun tidak akan mampu meredam laju para Taipan yang sudah haus tak kepalang menyedot momentum hebat ini. Mungkin beberapa saat ke depan intensitasnya diturunkan, tapi setelah itu penyakit itu kumat lagi dengan pola  penuh inovatif  dan dalam bentuk permainan yang tak kalah impresif tapi menggoda para Taipan untuk menyedot pulsa kita, he..he..he.. Salam Kompasiana, abanggeutanyo

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/abanggeutanyo/pemerintah-tak-berdaya-hadapi-taipan-telkomsel_550e37c8813311ba2dbc6181
loading...