loading...
loading...
Showing posts with label news. Show all posts
Showing posts with label news. Show all posts
Mengapa Kelompok Sipil Bersenjata di Puncak Papua Sulit Ditangkap ?

Mengapa Kelompok Sipil Bersenjata di Puncak Papua Sulit Ditangkap ?

8:40 PM Add Comment
 Mengapa Kelompok Sipil Bersenjata di Puncak Papua Sulit Ditangkap
 
PAPUA - Insiden penyerangan oleh kelompok sipil bersenjata di Distrik Sinak, Kabupaten Puncak Papua, bukan yang pertama kali terjadi.

Dari catatan media ini, Sebelumnya pada tanggal 9 Maret 2016 lalu, kelompok bersenjata yang biasa di sebut kelompok Yambi mencoba menyerang pekerja jalan yang sedang melakukan pengerjaan jalan poros Mulia-Sinak yang dikerjakan PT Irwan.

Saat itu pihak manajemen PT Irwan selaku kontraktor pekerjaan jalan meminta bantuan pengamanan dari TNI.

Kemudian pada tanggal 15 Maret 2016, kelompok kriminal bersenjata di wilayah ini kembali melakukan penyerangan terhadap karyawan PT Modern Group yang sedang melakukan pengerjaan jalan Sinak Mulia hingga empat orang pekerja proyek jalan tewas.

Kelompol kriminal bersenjata ini juga pernah melakukan penyerangan terhadap Polsek Sinak pada bulan  Desember 2015 tahun lalu.

Atas kejadian itu, tiga orang anggota polisi meninggal dunia, dan dua anggota Polisi lainnya mengalami luka tembak.

Insiden tersebut menjadi daftar panjang Kontak senjata di wialyah tersebut, dimana hingga saat ini pelaku penyerangan belum juga tertangkap.

Aparat keamanan hanya bisa menduga kelompok penyerang dan pemimpin kelompok bersenjata tersebut. Alasan medan diwilayah tersdebut juga menjadi kendala bagi aparat untuk menumpas kelompok sipil bersenjata tersebut.


(nag)
sumber :sindonews.com
diba
Keluarga Berharap Santoso Tobat dan Menyerahkan Diri

Keluarga Berharap Santoso Tobat dan Menyerahkan Diri

5:11 AM Add Comment
 
MAGELANG- Setiap habis shalat, Ahmad Basri (43), selalu berdoa agar kakak sepupunya, Santoso, bertaubat dan menyerahkan diri kepada pihak berwajib. Santoso merupakan buronan terduga teroris paling dicari oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri dan TNI.
“Saya selalu berdoa sehabis shalat, supaya Santoso sadar, bertaubat lalu menyerahkan diri," kata Basri, di temui di Balai Desa Adipuro, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Selasa (12/4/2016).
Basri menerangkan, Santoso memang memiliki saudara yang tinggal di lereng Gunung Sumbing itu. Ayah Santoso bernama Irsan berasal dari Dusun Prampelan, Desa Adipuro, Kecamatan Kaliangkrik. Sedangkan ibunya bernama Tuminah berasal dari Dusun Gendol, Desa Sukamakmur, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang.
"Sekitar tahun 1970, pakde (ayah Santoso) dan keluarganya mengikuti program transmigrasi ke Sulawesi," katanya.
Sejak saat itu, keluarga Santoso jarang melakukan komunikasi dengan saudara-saudaranya di Magelang. Terakhir sekitar tahun 1998 atau selepas lulus SMA, kata Basri, Santoso pernah datang ke rumahnya di Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Saat itu, Santoso diperintah orangtuanya untuk menjual tanah ukuran 9 x 6,5 meter persegi di Kecamatan Kaliangkrik yang kemudian ia beli untuk membangun rumah. Setelah Santoso kembali Sulawesi, orang tua Santoso juga datang ke dusun Prampelan.
"Orang tuanya datang ke sini beberapa lama setelah Santoso pulang ke Sulawesi. Setelah itu orang tuanya pergi ke Sumatera, tidak kembali ke Sulawesi," ujar dia.
Sejak itu ia tidak lagi menjalin komunikasi dengan Santoso dan keluarganya. Menurut dia, saat itu tidak ada hal aneh atau janggal pada diri Santoso. Ia sebatas mengenal Santoso sebagai pemuda biasa yang baru saja lulus dari SMA.
"Kalau wajahnya (Santoso) saya sudah lupa, mungkin kalau ketemu di jalan saya pangling," ujar dia tersenyum.
Belakangan ia baru mengetahui Santoso karena santer diberitakan di media massa setelah diduga terlibat aksi terorisme.
Santoso menjadi buronan Densus 88 Antiteror Mabes Polri dan TNI hingga saat ini. Dugaan itu semakin kuat setelah sekira dua bulan lalu, ada petugas yang mengaku dari Densus 88 Mabes Polri, TNI dan personel dari Polres Magelang datang ke rumahnya di Dusun Prampelan.
"Empat kali ada petugas yang datang ke rumah, nanya-nanya soal Santoso," kata dia.
Waluyo, Kepala Desa Adipuro, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, juga mengaku telah didatangi petugas Densus 88 Anti Teror Mabes Polri, Mabes TNI dan Polres Magelang.
“Mereka tanya-tanya tentang Santoso, saya tidak kenal banyak, hanya tahu kalau orangtuanya asli dan pernah tinggal di sini sebelum kemudian ke Sulawesi," kata dia. sumber : , KOMPAS.com
Kesaksian Mengerikan Tentara Filipina yang Perang Lawan Abu Sayyaf

Kesaksian Mengerikan Tentara Filipina yang Perang Lawan Abu Sayyaf

10:43 PM Add Comment
 Kesaksian Mengerikan Tentara Filipina yang Perang Lawan Abu Sayyaf
ZAMBOANGA - Para tentara Filipina yang terluka akibat perang sengit dengan kelompok Abu Sayyaf di Balisan, membeberkan fakta mengerikan di medan tempur. Salah satunya, ada tentara yang minum darahnya sendiri untuk mencegah kematian akibat pendarahan.

Perang dengan kelompok Abu Sayyaf pecah selama sekitar 10 jam di Basilan, Filipina. Sebanyak 18 tentara Filipina tewas dan 56 tentara lainnya terluka. Sedangkan dari kubu Abu Sayyaf, lima militan tewas.

Militer Filipina meluncurkan operasi setelah maraknya penculikan warga asing, termasuk 10 warga negara Indonesia (WNI) sejak Maret 2016. Pertempuran kemarin, merupakan yang terbesar sepanjang tahun 2016 dengan jumlah korban dari pihak militer Filipina yang cukup besar.

Pasukan maju, di depan kita dilanda ranjau darat. Lalu tiba-tiba, tembakan di seluruh tempat,” kata Sersan Erico Paglinawan, memberikan kesaksian di ranjang rumah sakit kepada media Filipina, Inquirer, Minggu (10/4/2016).

Baca:
Militer Filiphina Rugi Besar Lawan Philipina

Paglinawan mengatakan sedikitnya 30 tentara dari Batalyon Infanteri 44 bergerak dengan berjalan kaki di Desa Baguindan, Kota Tipo-Tipo, Basilan. Saat bergerak itulah, ledakan ranjau darat menyambut mereka.

Paglinawan terluka di bagian dada. Darah mengalir. Rasanya seperti air yang mengucur dari keran,” ujarnya.

Sambil menunggu evakuasi medis, yang datang tiga jam kemudian, Paglinawan mengaku minum darahnya sendiri. Hal itu dia lakukan karena tidak ingin meninggal akibat pendarahan.

Saya minum darah saya sendiri,” katanya.


Paglinawan adalah salah satu dari 56 tentara yang terluka dalam pertempuran 10 jam dengan kelompok  Abu Sayyaf, kemarin. Tentara Filipina lainnya yang terluka adalah komandan batalion 44, Kolonel Tommy Crosby, dan beberapa tentara lainnya.

Kapten Kilbas Mauricio, salah satunya yang terluka di bagian kaki kiri. Menurutnya, pertempuran pecah dimulai dengan ledakan.”Kemudian diikuti oleh bola api di sekitar kami,” ujarnya.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina, Hernando Iriberri dan Menteri Pertahanan Filipina, Voltaire Gazmin, bergegas menjenguk puluhan tentara yang terluka pada hari ini. Enam dari 56 tentara yang terluka berada dalam kondisi kritis.

Kami berduka. Seluruh Angkatan Bersenjata berkabung atas kematian pahlawan kami,” kata Iriberri.


Meskipun perlawanan musuh berat, pasukan kami berjuang dengan gagah. Kami salut pada pasukan kami saat mereka menampilkan tradisi terbaik dari serdadu dan berani melawan bandit dengan penuh keberanian,” lanjut dia.


(mas)
Militernya Rugi Besar, Filipina Gagal dan Tak Ditakuti Abu Sayyaf?

Militernya Rugi Besar, Filipina Gagal dan Tak Ditakuti Abu Sayyaf?

10:40 PM Add Comment
 Militernya Rugi Besar Filipina Gagal dan Tak Ditakuti Abu Sayyaf
ZAMBOANGA - Tewasnya 18 tentara Filipina dalam perang sengit melawan kelompok Abu Sayyaf selama sekitar 10 jam pada Sabtu pekan lalu tercatat sebagai salah satu kerugian terbesar bagi militer Filipina dalam beberapa tahun terakhir.

Suara kritis dan pesimistis terhadap kemampuan pemerintah dan militer Filipina pun mulai muncul.

Begitu banyak tentara tewas dalam pertempuran setiap tahun. Apakah ini bagian dari sebuah kegagalan pemerintah atau tidak terhadap para pemberontak, dan teroris takut pada pemerintah lagi?,” kata Anne Turla, pemimpin dan pendiri Soldiers’ Wives and Girlfriends (SWAG) Filipina.

Dalam perang sengit itu, puluhan tentara Filipina juga terluka. Sedangkan dari kubu Abu Sayyaf hanya lima militan yang tewas.

Operasi militer Filipina diluncurkan setelah maraknya penculikan warga asing, termasuk 10 warga negara Indonesia (WNI) sejak Maret 2016 lalu. Sampai hari ini, 10 WNI itu belum dibebaskan. Pemerintah Filipina juga belum memberikan laporan perkembangan upaya pembebasan 10 WNI.

Militer Indonesia sejatinya sudah siap untuk membebaskan 10 WNI. Namun, tentara Indonesia dilarang masuk wilayah Filipina berdasarkan konstitusi di negara itu yang memang melarang tentara asing masuk.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina, Jenderal Hernando Iriberri, memerintahkan perang melawan kelompok Abu Sayyaf nonstop. Meski 18 tentara Filipina tewas, Jenderal Iriberi tetap memuji keberanian tentaranya.

Kami berduka. Seluruh angkatan bersenjata berduka,kata Iriberri mengacu pada kematian 18 tentara dalam perang dengan Abu Sayyaf fi di desa Baguindan, Kota Tipo-Tipo, Basilan.

Senator yang juga calon presiden Filipina, Grace Poe, minta operasi militer terhadap Abu Sayyaf memperhatikan nasib warga sipil yang tidak bersalah.”Teroris ini harus segera dikejar dan dihancurkan oleh kekuatan penuh pasukan militer kami, dengan memperhatikan keselamatan warga sipil tak berdosa,” katanya, seperti dikutip Inquirer, Senin (11/4/2016).
Sementara itu, Wakil Presiden sekaligus calon presiden Filipina, Jejomar Binay, menyoroti masalah kekerasan oleh kelompok Abu Sayyaf terkait dengan persoalan kemiskinan. ” Tragedi ini adalah pengingat bagi kita untuk mengatasi masalah kemiskinan, yang merupakan penyebab masalah perdamaian dan ketertiban di Mindanao,” ujarnya.


(mas) Sumber : sindonews_com
Bekas Teroris Dilibatkan dalam Negosiasi Pembebasan Sandera di Filipina

Bekas Teroris Dilibatkan dalam Negosiasi Pembebasan Sandera di Filipina

7:56 PM Add Comment

Anggota Staf Ahli Deputi Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Wawan Purwanto kepada VOA, Jumat (8/4) mengatakan, pemerintah telah melibatkan tiga bekas tokoh teroris untuk membantu negosiasi pembebasan 10 warga Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf sejak 26 Maret lalu.
Wawan enggan menyebut ketiga nama bekas tokoh teroris yang dilibatkan itu demi keselamatan sandera. Berdasarkan informasi, kata Wawan, para sandera sekarang dalam keadaan dipisah-pisahkan sehingga informasi seperti ini sangat rawan.
Ketiga bekas tokoh teroris sejak seminggu yang lalu diminta membantu negosiasi pembebasan ke-10 WNI yang disandera, ujar Wawan, karena mereka memang memiliki jaringan yang baik dengan kelompok Abu Sayyaf.
Sejauh ini, lanjutnya, komunikasi terus dilakukan dengan kelompok penyandera. Abu Sayyaf pun, kata Wawan, telah memberikan sinyal yang baik dalam komunikasi tersebut.
Meski demikian, ia mengakui masih ada kendala dalam pembebasan kesepuluh WNI tersebut, terkait kesepakatan tempat penyerahan dan pelepasan mereka.
Dalam komunikasi tersebut, Abu Sayyaf juga mengaku uang tebusan yang dimintanya itu untuk membeli obat-obatan dan logistik karena kondisi mereka sangat kekurangan, ujar Wawan.
"Ada tiga yang dilibatkan karena mereka telah tahu medan dan sudah bolak balik ke sana dan banyak tahulah bagaimana situasinya. Iya lebih efektif kan orang saling kenal kan lain dengan orang yang baru kenal," ujarnya.
"Mereka tentunya ada hubungan emosional sebelumnya sehingga ada trust tadi. Meskipun ini tenggat waktunya terakhir tetapi kalau komunikasi intens bisa saja diundur."
Kelompok Abu Sayyaf memang dekat dengan kelompok ekstrem di Indonesia. Sempalan dari Front Pembebasan Islam Moro (MILF) ini sering berkolaborasi dengan Jamaah Islamiyah (JI) di Indonesia. Bahkan banyak anggota JI yang mendapat pelatihan militer di kamp Abu Sayyaf.
Dalam buku Terrorism in South and Southeast Asia in the Coming Decade yang diterbitkan tahun 2009, Tito Karnavian yang sekarang menjadi kepala BNPT menulis bahwa Umar Patek dan Dulmatin pernah menjadi pelatih perakitan bom dalam kelompok Abu Sayyaf.
Dulmatin telah tewas dalam serangan Detasemen Khusus 88 Mabes Polri, sementara Umar Patek menjalani hukuman 20 tahun penjara di Lembaga Pemasyarakatan Porong, Jawa Timur karena terlibat dalam bom Bali I.

baca juga : 

Operasi Tinombala 2016 Batasi Ruang Gerak Kelompok Santoso di Poso

Warga Pauh Doakan Keselamatan Wendi yang ditahan di Filipina


Wawan menjelaskan, sebagai balasan dalam membantu proses perundingan, ketiga bekas tokoh teroris itu meminta amnesti dan remisi atau pengurangan hukuman. Atas permintaan itu, Wawan mengatakan, pemerintah masih mempertimbangkannya.
"Keinginan-keinginan untuk pengurangan, kalau amnesti dibebaskan kalau remisi dikurangi, dan itu semua tergantung pertimbangan-pertimbangan nanti yang sebaik-baiknya," ujarnya.
Wawan menambahkan, uang tebusan yang diminta para penyadera senilai 50 juta peso atau Rp15 milliar tidak akan dibayarkan oleh pemerintah Indonesia tetapi oleh PT Patria Maritim Line, perusahaan yang mempekerjakan kesepuluh WNI itu sebagai anak buah kapal.
Bukan hanya melibatkan bekas tokoh teroris, pemerintah juga meminta bantuan berbagai tokoh lainnya yang memiliki kedekatan dengan kelompok tersebut. Berbagai cara, lanjut Wawan, akan dilakukan pemerintah untuk membebaskan ke-10 WNI tersebut.
Prioritas keselamatan
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan pemerintah akan memprioritaskan keselamatan kesepuluh sandera asal Indonesia itu dan terus berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait di Indonesia dan Filipina, termasuk dengan Menteri Luar Negeri Filipina.
"Saya Menteri Luar Negeri Indonesia terus melakukan komunikasi dan koordinasi dengan berbagai pihak terkait di Indonesia dan juga di Filipina termasuk di antaranya langsung berhubungan dengan menteri luar negeri Filipina. Prioritas saat ini adalah keselamatan 10 warga negara Indonesia," ujarnya.
Ada dua kapal yang awalnya disandera Abu Sayyaf, yaitu kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang membawa 7.000 ton batu bara dan 10 awak kapal asal Indonesia.
Kapal Brahma 12 sudah dilepaskan dan kini dalam kontrol otorita Filipina. Sementara keberadaan Anand 12 dan kesepuluh warga Indonesia belum diketahui persis. Kapal berbendera Indonesia ini ketika itu tengah dalam pelayaran dari Sungai Puting, Kalimantan Selatan, menuju Batangas, Filipina Selatan. [lt] sumber voaindonesia_com
loading...